Anjing Bali dikenal dengan keberanian dan kemandiriannya; maka mereka biasa dikenal sebagai anjing pekerja; menjaga rumah atau berburu.
Namun dengan kebiasaan mereka menjaga dan membantu berburu, beberapa dari mereka ternyata juga bisa menjadi baby sitter yang manis. Saya baru saja melahirkan seorang bayi, dan saya merasakan kesiagaan 10 anjing saya terhadap si bayi. Saat kami akhirnya pulang dari klinik ke Ubud, Sate(anjing yang kami ambil saat akan dimakan dagingnya di seputaran Ubud) kami biarkan mencium kakinya. Dia tampaknya tidak terlalu tertarik pada awalnya, karena dia lebih suka bermain dengan mainannya. Lalu si bayi mulai membuat suara. Sate, tiba-tiba berubah jadi siaga, menghampiri asal suara dan mencium-cium udara di sekitarnya. Saya bisa melihat matanya jadi semakin besar, dan memperlihatkan ketertarikan pada ‘benda’ yang berbunyi ini. Setelah itu dia selalu ingin ada di sekitar si bayi. Meski, kadang dia masih harus diperingati saat berinteraksi. Maklum, dia masih anjing Bali muda yang berenergi tinggi. Beberapa hari kemudian, kami kembali pulang ke Tabanan. Kami membawa Sate juga. Perkenalan berjalan lancar antar anjing di Tabanan. Beberapa anjing saya langsung terlihat awas saat saya membawa sesuatu terbungkus selimut. Hidung mereka naik tinggi-tinggi untuk mencari tahu bau aneh yang baru mereka kenal itu. Mereka tidak langsung menghampiri saya seperti biasa. Biasanya mereka meloncat dan menggoyangkan ekornya gila-gilaan kalau melihat saya pulang. Mereka tahu ada sesuatu yang berbeda. Dari bau saya, dari gerak gerik saya. Mereka sadar bahwa itu saya, tetapi sesuatu hal lain membuat mereka agak ragu. Si bayi. Banyak yang takut anjing-anjing ini akan meloncat dan melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan pada saya, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Suami dan saya seperti memproyeksikan tameng, untuk membuat bayi aman, tapi juga cukup dekat agar para anjing mudah berkenalan. Di kebanyakan rumah tangga di Bali, memiliki bayi baru lahir berarti kita terkurung dari dunia luar, apalagi bersosialisasi dengan binatang Hal ini sering membuat hewan peliharaan ditinggalkan dan dijauhi. Keluarga dan kerabat takut kalau mereka menggigit, membuat anak sakit dan membuat rumah kotor. Tapi untuk saya, anjing-anjing saya tetaplah keluarga. Ya mereka kadang membuat rumah kotor, tapi dengan sedikit usaha, hal itu bukan masalah. Saya tetap membiarkan mereka tidur di kamar, bergantian berkenalan dan mencium-cium si bayi. Rasa percaya yang saya miliki kepada anjing-anjing saya cukup untuk membuat saya merasa aman. Dan saya tahu mereka menghormati itu. Dan indahnya, setiap hari setelah perkenalan itu, mereka bergantian tidur di lantai dekat si bayi. Setiap bayi mengeluarkan suara, mereka langsung mendongak, melihatnya lalu berbalik melihat saya, seperti bilang, “Bu, ‘makhluk’ itu sepertinya perlu sesuatu.” Saya percaya, anak-anak yang tumbuh bersama hewan akan menjadi orang baik. Mereka belajar untuk merawat satu sama lain, berlatih kasih sayang. Mereka tumbuh jadi teman baik. Dalam perihal anak saya, dia akan tumbuh bersama 10 teman baik. Jadi saat saya melihat perilaku 10 anjing saya, saya tahu sesuatu yang indah akan terjadi nantinya. Sekarang saya sadar, selain keberanian dan kemandiriannya, anjing Bali punya kepekaan tinggi akan milik orang-orangnya. Bayi hanya sebagai contoh bagaimana mereka juga bisa berlaku lembut. Mereka bisa merasakan kerapuhan, perlunya perlindungan, dan perasaan menjadi orangtua baru. Dan mereka melengkapi lingkaran itu dengan rasa hormat dan penerimaan. Yang kamu butuhkan hanya membiarkan semua mengalir, dan menyalurkan semua kepercayaan yang telah dibangun selama ini dengan anjing Balimu.
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories |