Pertama kali saya mengunjungi rumah itu, dengan sekian banyak anjing menggonggong, saya merasa hangat. Rumah itu masih setengah jadi. Kecil dan sangat sederhana. Berdiri di antara sawah dan pohon pisang. Kamar mandi, dapur dan 3 kamar yang seadanya dibangun terpisah. Nyamuk dimana-mana. Kakimu kotor kena tanah. Gonggongan anjing yang bising. Tapi semua tampak bahagia.
Keluarga yang tinggal di sana, yang dengan sukses menciptakan suasana cinta yang memeluk saya segera setelah saya memasuki pekarangan mereka, sama sederhananya dengan rumah itu. Seorang ayah, ibu, kakak laki-laki dan adik perempuan. Mereka hidup dengan damai di sana. Dan yang membuatnya semakin menakjubkan adalah. Mereka merawat 35 ekor anjing jalanan. Dimulai dari sebuah cerita penyelamatan nyawa, dimana seekor anak anjing Bali kecil diambil saat kedinginan kehujanan di tepi jalan, dan dibawa ke kamar rawat rumah sakit untuk si adik kecil yang sakit keracunan makanan. Dia sudah tak sadarkan diri berhari-hari sampai dokter mengatakan bahwa keluarga itu harus menunggu keajaiban; hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan anak perempuan mereka. Dan anak anjing ini, yang sudah mendobrak aturan kebersihan rumah sakit di umurnya yang baru beberapa bulan, adalah keajaiban itu. Adik kecil langsung terbangun saat anak anjing ini menjilati tangannya. Beberapa hari kemudian dia sehat dan membawa anak anjing – Selem (berarti hitam dalam bahasa Bali) pulang. Selem adalah penyelamatnya. Adik kecil ini – Gung Dewi – sangat bersyukur. Keluarganya lalu bertekad untuk mengabdikan dirinya menyelamatkan anjing-anjing terlantar. Semakin hari semakin banyak anjing yang dibawa ke rumah itu. Kecil, besar, terlantar, tersiksa, sakit kulit, galak, induk dan anaknya, macam-macam. Mereka mengambilnya dari jalan, merawatnya sebisa mungkin; mencari vaksin gratis dari dinas, mengambil kutu dari kulit, menggosokkan minyak kelapa di sakit kulitnya, memberi mereka makanan sederhana yang sehat, dan tentunya formula utama yang bisa menyembuhkan segalanya; cinta. Jadi saat saya mengunjungi rumah itu, saya benar-benar dibuat kagum. Keluarga ini melakukannya dengan insting. Seperti yang sudah dilakukan pendahulu kita pada anjing-anjing balinya. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana menghampiri anjing-anjing ini, dan sangat mengerti bahasa tubuh mereka. Seperti sudah mengalir dalam darah. Kali kedua saya berkunjung, saya membawa bantuan dari thebalistreertdogs; beras, telur dan makanan kering. Dan saya merasakan perasaan yang sama. Hanya saja dengan lebih banyak anjing. Hari itu, 15 Februari adalah saat dimana Gung Dewi bertemu Selem untuk pertama kalinya, di sebuah kamar rumah sakit. Mereka merayakannya setiap tahun. Menunjukkan bahwa rasa terimakasih mereka tidak pernah cukup untuk Selem, si penyelamat. Si Ibu menyiapkan tumpeng, dengan telur, kacang dan ayam di sekelilingnya. Sudah sering kita melihat tumpeng menjadi objek utama dalam sebuah perayaan, tapi baru kali ini saya melihat tumpeng diberikan khusus untuk menghormati jasa seekor anjing. Setelah kami berdoa bersama, Gung Dewi mengambil ujung tumpeng itu dan menyuapi Selem. Setelah dia memakannya, anjing berebut meminta giliran. Segera saja, Gung Dewi tenggelam di lautan anjing-anjingnya yang meminta makan. Dia tertawa sambil terus menyuapi mereka satu persatu. Bahkan anjing-anjing kecil yang menyusup di antara kaki-kaki anjing dewasa tidak luput dari suapannya. Bisa melihat pemandangan itu adalah perasaan yang indah. Hati saya tenteram. Komitmen yang mereka punya untuk anjing-anjing ini bisa dikatakan gila. Saat banyak dari kita mengeluh merawat 1 atau 2 ekor anjing karena mereka banyak tingkah, atau saat kita merasa kerepotan, keluarga ini merawat sekitar 35 ekor anjing, dalam kekuarangan mereka. Bahkan sebelum banyaknya bantuan yang datang, mereka sudah melakukannya sendiri. Saat kita terlalu khawatir dengan jumlah kacang di mangkok anjing kita, atau apakah anjing kita alergi dengan tempat tidurnya, keluarga ini menjaga mereka dengan sederhana. Dan anjing-anjing inipun tetap bahagia. Karena seekor anjing yang menyelamatkan nyawa mereka, mereka membalasnya dengan menyelamatkan anjing-anjing lainnya. Sesederhana itu.. Mereka tidak punya banyak, tapi mereka peduli. Mereka tidak tahu banyak, tapi mereka melakukannya sepenuh hati. Memang setiap orang memerlukan juru selamat setidaknya sekali dalam seumur hidupnya, tapi siapa sangka, juru selamat itu bisa mengambil bentuk seekor anjing.
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories |